Seri Mudik 03 Sang Logawa: Kereta Rakyat Jelata

Posted: September 11, 2010 in Traveling
Tag:, , , , , , ,

Kali ini aq mudik (menuju udik) ke Nganjuk. Kata udik juga berarti hulu sungai, dimana semua aliran air (sumber kehidupan) berawal. Jadi, memang ada kalanya seseorang harus kembali ke daerah asal, sebagai tanda penghargaan dan rasa syukur atas tanah kelahirannya. Disinilah aq bisa ketemu emakq dan bapakq serta saudara kerabat yang lain.

Dan Ini tidak ada hubungannya dengan life style, ketika aq dan Aik lebih memilih kereta api untuk bepergian dari Pasuruan ke Nganjuk di 01 September silam, karena kalau sudah berhubungan dengan kereta biasanya identik dengan kesan kumuh, jorok, berdebu, bau dll. Sehingga kereta juga identik dengan sebutan Kereta Rakyat jelata. Nah, itu adalah komunitasq.

Sebagai rakyat jelata, tentu aq lebih memilih kereta api. Dan pilihannya pada kereta Logawa jurusan Jember – Purwokerto.
Mungkin orang stereotip dengan kereta, tapi aq banyak terkesan dengan kereta. Udara mengalir dengan leluasa, karena jendela lebar terbuka. Tempat duduknya lebar-lebar, bahkan bisa tidur berselonjoran. Lutut kaki tidak harus terantuk2 kursi depan seperti di Bis, bahkan kalau mau di palangkan. Banyak hiburan sekelas Grup Klantingdi IMB, dengan peralatan musik lengkap. Tidak perlu tayangan TV atau nyetel VCD, karena pemandangan alam di luar pemberian Tuhan, aduhai indahnya. Satu lagi, Bisa pipis ketika kereta berjalan, karena tersedia toilet goyang, masalah air basuh ada, kalau gak ada ganti dengan ari aqua. Betapa enaknya… Aq membayangkan naik bis agak males, silahkan bayangkan sendiri…

Tapi ada syaratnya, anda dapat semua kenyamanan yang aq ceritakan, yaitu: jangan saat2 membludaknya arus mudik atau arus balik. Itu sangat tidak manusiawi, dan kereta bukan lagi angkutan yang layak untuk manusia, tapi seperti kereta hewan yang terpaksa dijejal-jejalkan di dalam, kalau tidak muat numpang diatas, dengan taruhan nyawa meretas.
Dan itulah penumpang kereta, yang berani tapi pasrah

Kalau sudah begitu semua berdosa, terutama Penguasa, karena tidakmampu menyediakan layanan yang lebih baik untuk rakyat jelata. Padahal menteri2 yang mobilnya masih kinyis2 perlu merasa diganti dengan yang lebih baru.

Bagaimana dengan Aik ?
Logawa yang km tumpangi bergerak dengan perkasa menelusuri permukaan bumi. Berangkat terlambat -sudah biasa, mulailah km menikmati perjalan Pasuruan Nganjuk, dengan hanya berbekal tiket 33 ribuan berdua. Anakq begitu menikmati naik kereta, bahkan ketika aq ajak ngobrol tentang pengalaman ayahnya naik kereta, dia memprotes,” jangan ganggu Aik, yah !, Aku lagi menikmati pemandangan alam di luar nih”. Yah, alhamdulillah. Bahkan ketika, berkeliaran pengamen2 yang jumlahnya puluhan, tidak henti2nya mengulurkan recehan yang sudah disiapkan Yang Ti-nya dari Pasuruan. Aq hanya diam mengamati sambil tersenyum, “itulah pembelajaran hidup, menghidup-hidupkan hati nurani”, pikirq. Akhirnya, akupun berselonjor kaki, mencoba menikmati perjalanan hidup sebagai fase menghambakan diri pada Allah SWT.
Trimakasih Tuhanq, atas anugerah ang dapat aq nikmati di kereta Logawa ini, dan Engkau beri pembelajaran pada Aik tentang konsep berbagi.

Tinggalkan komentar