Potensi bentang Pesisir pantai di NTT sangat besar, dapat dikembangkan dan dimanfaatkan utamanya dibidang pariwisatapantai dan kelautan, bidang pendidikan, lingkungan hidup sehingga dapat menambah ( bahkan kedepannya bisa menjadi penyumbang terbesar) PAD kota, kabupaten dan propinsi NTT yang disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Ibarat dunia dongeng, pesisir pantai-pantai di NTT sangat menawan hati, tapi apa daya masih sangat alami, minim fasilitas dan akses transportasi yang sangat terbatas. Belum banyak investor yang berani mengambil langkah strategis sehingga potensi pesisir pantai dikembangkan tetapi tetap dalam gerak lambat. Pemerintah tetap menjadi pengambil peran sentral dalam menstimulasi dunia pariwisata di NTT.
Pada tulisan kali ini, aq tuliskan ekowisata menarik yang ada di wilayah pesisir yang melingkupi teluk Kupang, tepatnya didalam hutan bakau seluas ratusan hektar yang membentang sepanjang Pantai Oesapa Barat, Kota Kupang.
Aq diajak oleh istri dan anak2 setelah melihat share tempat tersebut di media online. Letaknya mudah dijangkau ( dari rumahq yang dipenfui dekat bandara, hanya perlu 13 menit ) dengan cukup menyusuri Jalan Timor Raya menggunakan kendaraan roda dua atau empat.
Dari arah Oesapa, ikuti jalan belok kanan agak menurun yang bersebelahan tembok Supermarket Dutalia. Atau kalau dari arah halte Kupang, sebelum Dutalia belok kiri.
Di persimpangan, belok kanan sekitar 100 meter dari situ, ada jalan beton di sisi tambak ikan, dan susuri sampai ke tempat parkir.
Di hadapan anda terlihat hamparan hutan mangrove ( bakau ) yang cukup lebat membentang, dan anda bisa lihat sekeliling ada tambak ikan, beberapa rumah penduduk, dan jalan gerbang menuju jembatan kayu.
Di sekitar tempat parkir, penduduk sekitar berjualan aneka jenis panganan. Jadi pengunjung tidak perlu repot untuk mencari camilan atau sekedar menghilangkan haus dikala keringatan.
Usai memarkir kendaraan di tempat parkir, silahkan beli2 jajanan dan minuman yang tidak bawa bekal, terus naik ke jembatan kayu di depannya, untuk membayar kontribusi 5000 rupiah.
Jembatan kayu itulah sarana pengunjung tuk menuju pesisir dan melihat ke lautan. Dibuka dari pagi sampai jam 6 sore. Selalu ramai, utamanya di akhir pekan dan hari libur.
Panjang jembatan sekitar 230 m, selebar sekitar 1 m, dan mendekat di arah lokasi utama jembatan akan bercabang cabang keliling, disertai 2 buah lopo istirahat, yang representatif untuk duduk duduk sambil memandang panorama sekeliling. Menarik !!!
Sambil duduk duduk di pinggir jembatan, menikmati populasi bakau yang menghijau diselingi suara debur ombak, di arah teluk lepas silahkan bercengkerama, berfotoria, atau makan cemilan. Ingat, anda dilarang keras membuang sampah sembarangan. Jadi buang di tempat sampah atau simpan di kantong plastik anda sendiri, dan bawa pulang. Jangan buang di bawah jembatan kayu karena akan merusak lingkungan !
Udaranya sangat segar dan pada waktu waktu tertentu agak sepi anda bahkan bisa bersemedi, hahaha… Ada juga menara pengawas/ mengamat dari ketinggian bagi yang punya nyali menaikinya, karena tangga naiknya meliuk terputus.
Menarik memang, hanya sayang tidak ditambah dengan wahana pendidikan bagi pengunjung seperti pengetahuan tentang mangrove, yang tumbuh di sekeliling lokasi. Coba disetiap sudut dipasang informasi tersebut, tentu akan memberi nilai tambah dari sisi keilmuan. Mungkin itu peer untuk rekan2 di prodi Biologi Undana untuk mewujudkannya.
Prewedding ! pas ketika kami ada disana, menikmati suasana. Ada rombongan dari sepasang pengantin dengan fotografernya mematut diri dengan berbagai gaya prewednya. Percaya atau tidak pengunjung menjuluki jembatan kayu ini dengan sebutan ‘Jembatan Cinta’.
Jauh dari keramaian dan benar2 alami sunyi yang juga menjadi daya tarik anak muda mengobrol ringan berdua atau bergerombol seraya duduk diam di pondok mungil atau dipinggir jembatan cinta sambil mengayun-ayunkan kaki.
Moment yang paling asyik adalah di pagi hari dan favoritnya di senja hari.
Kalau pagi anda bisa menikmati suasana dengan lebih tenang dan sunyi karena pengunjng sedikit, sedangkan di senja hari, sinar lembayung kuning kemerah-merahan menembus dan memantul di rerimbunan bakau, menjadi moment yang dinanti-nantikan pengunjung untuk menikmati sunset di ujung senja. Sungguh keindahan yang sangat memukau dan memikat hati siapa pun yang berada di situ.
Bagi penyuka alam sunyi, mendengarkan daun berbisik, hobi fotografi, di wisata Mangrove Jembata kayu ini, hasrat anda akan terpenuhi.
Sy yg menyukai alam, kedamaian, keindahan ciptaan Tuhan, dibuat terkagum oleh asrinya bakau, deburan ombak, dan kebahagiaan yg dpt sy rasakan. Demikian juga anak istri, amat gembira menikmati titian jembatan yg menembus hutan bakau, yg baru pertama kami temui dipesisir panta Teluk Kupang.
Datang, nikmati dan bersyukurlah pada Yang Kuasa. Allah SWT.